Senin, 30 Maret 2009

Robot Jadul Itu Jadi Juara Jateng-DIY



  • Oleh Sony Wibisono

SIKAP kurang percaya diri memang dirasakan tim robotik dari SMK Assaidiyah Kudus saat berlaga di Kontes Roboline Follower se-Jateng DIY, Sabtu (21/3), di Politeknik Negeri Semarang.

Selain karena robot yang mereka bawa terkesan kurang meyakinkan dan dalam ungkapan anak muda sekarang modelnya jadul (kuno), SMK yang berada di Desa Kirig, Kecamatan Mejobo itu pun belum punya pengalaman dalam kontes robotik.

Namun angan-angan pesimistis itu ternyata tidak terbukti. Justru sebaliknya, tim SMK Assaidiyah dengan dua roboline follower bernama Jogorekso dan Seno pun menjadi juara di ajang tersebut.

Tiga puluh dua peserta lain dari Jateng dan DIY bahkan dibuat tercengang. Robot-robot yang terkesan kampungan itu ternyata mampu menyabet juara I dan II pada ajang yang memperebutkan Piala Kepala Dinas Pendidikan Jateng itu.
Fokus Performa

”Kami memang membuat robot dengan biaya paling murah karena keterbatasan biaya. Akan tetapi, yang penting kami fokus pada performanya,” ujar pembimbing tim Harmoko.

Bahan-bahan luar robot pun banyak menggunakan barang-barang bekas. Wajar jika penampilannya tampak kampungan dan kurang funky, seperti layaknya robot peserta kontes.

Tim dari SMK Assaidiyah yang bernama Tim Hamzah itu terdiri atas Dedi Santosa dan Imam Nor Cahyono yang memegang Jogorekso, serta Kamal Wahyudi dan Rendara yang mengawal robot Seno.

”Dua bulan kami dibantu Pak Harmoko, meski minimalis kami ingin performanya tetap bagus,” ujar Dedy.

Ya, dan memang persiapan itu tidak sia-sia, karena kelebihan Jogorekso dan Seno adalah performa dan ketepatan sensornya mengikuti jalur perlombaan.
Hal itu tentu saja menjadi nilai lebih karena kontes robotic follower memang menilai ketepatan robot menyusuri sircuit line follower.

Kelebihan ini mulai terlihat pada babak seleksi. Robot-robot gaul dari sekolah favorit pun pelan dengan pasti disingkirkan.

Menurut para siswa dari tim Hamzah, saat yang paling mendebarkan perempat final saat menghadapi tim dari SMA 1 Yogyakarta. ”Robot mereka sangat bagus tetapi ternyata masih kalah performa dari robot kami,” ujar Imam Nor Cahyono.

Kedua robot itu pun pada babak final mampu menembus jalur alternatif yang tidak bisa dilalui robot lain. Selain performa stabil, keduanya juga bisa membukukan catatan waktu tercepat. ”Mulanya kami hanya ingin menambah pengalaman. Namun, ternyata kami mampu bersaing dengan sekolah lain yang lebih favorit dan berpengalaman,” papar Kepala SMK Assaidiyah Sugiharto.

Yah, prestasi itu memang membanggakan warga sekolah di pinggiran Kota Kudus itu. Sugiharto berharap, apa yang mereka lakukan bisa menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain.

Dia mengakui, memang keadaan sekolahnya masih serbaterbatas, tapi ternyata hal itu tidak menjadi halangan untuk berprestasi.

”Ya memang sekolah desa, nama robotnya pun Jogorekso dan Seno sedangkan peserta lain menggunakan nama-nama yang berbau teknologi canggih. Namun, intinya kami memenangi kriteria penilaian lomba,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar